Di awal awal saya disertasi, tugas yang diberikan oleh supervisor saat itu adalah literatur review. Proses ini bisa dibilang ruwet. Karena kondisi kita belum tahu dunia riset yang menjadi niche kita, maka harus banyak – banyak baca paper. Terutama 3 tahun terakhir.
Yang saya lakukan pertama – tama adalah melakukan pencarian paper di mesin pengindex paper. Mesin pengindex itu ada banyak. Di bidang engineering ada IEEE dan Scopus. Kalau Anda mau pengindex paper yang lebih mencakup banyak topik bisa menggunakan Google Scholar.
Menggunakan Scopus atau IEEE untuk mencari paper itu tidak gratis. Tapi bisa dijamin paper yang terindeks Scopus atau IEEE adalah paper yang berkualitas. Berbeda dengan Google Scholar yang lebih longgar dalam mengindeks paper.
Alhamdulillah, di tempat saya S3 kampusnya berlangganan IEEE dan Scopus, sehingga saya tidak perlu membayar paper yang saya butuhkan. Jadi mudah saja mengunduh tanpa harus berlinang air mata.
Saat paper sudah banyak saya unduh, saya membutuhkan suatu cara untuk mengorganize paper saya agar bisa dikelompokkan, dicari dan disitasi dengan mudah saat tiba masanya saya mendraft paper.
Banyak sekali tools yang bisa memberikan fitur – fitur ini. Tapi di antara semua itu, tools yang saya sukai adalah Zotero. Aplikasinya gratis, fiturnya powerfull dan tidak ada bedanya dengan yang premium kecuali bahwa yang premium menawarkan ruang penyimpanan cloud yang lebih besar. Tapi itu tidak masalah buat saya, karena Zotero berbaik hati melakukan sinkronisasi ke cloud vendor lain seperti G Drive, P Cloud atau Dropbox tanpa memungut bayaran apapun. Disinilah saya pertama kali jatuh cinta pada Zotero.
Cara mengimpor Paper ke Zotero
Untuk mengorganize paper ke zotero kita pertama – tama perlu melakukan Import. Cara yang paling mudah ada metode drag and drop. Drag file paper explorer ke jendela zotero, setelah itu otomatis zotero akan melakukan sinkronisasi metadata dari paper tersebut. Metadata yang disinkron antara lain Judul, Tahun, Jurnal, ISBN, Penulis dan Abstract.
Cara lainnya adalah dengan mengimpor file dengan ekstensi RIS, Bibtex atau Zotero RDF. File ini sangat bermanfaat sekali jika kita ingin mengimpor paper dari mesin pengindex seperti scopus.
Caranya adalah dengan mempersiapkan file RIS, atau Bibtex terlebih dahulu. Setelah itu lakukan proses Impor dengan memilih submenu Import…. Dari menu File. Saat ada pilihan antara file (BibTeX, RIS, Zotero RDF etc) atau Mendeley Reference Manager (online import), pilih yang RIS. Telusuri file RIS lewat explorer untuk kemudian zotero akan melakukan proses impor.
Menghilangkan duplikat file pada Zotero
Di percobaan pertama saya melakukan proses impor, tanpa saya sadari, saya melakukan proses impor berkali – kali. Sehingga terjadi duplikasi paper yang sama di dalam folder zotero. Bersyukur alhamdulillah, zotero punya fitur untuk melakukan proses merge sehingga paper yang duplikat akan di satukan sehingga tidak terjadi duplikat.
Untuk bisa melakukannya pertama-tama klik Folder Duplicate Items pada bagian kiri jendela di dalam struktur folder.
Paper-paper yang mirip akan diurut secara alfabetis. Untuk melakukan proses merging pilih paper yang duplikat lalu klik MERGE
Jika file duplikat cukup banyak, maka perlu dilakukan satu persatu. Mohon bersabar yah :D. Hal ini sepertinya dibiarkan zotero agar terhindar dari false positive yaitu salah mengidentifikasi duplikat. Disini Anda perlu mengeceknya satu persatu. Tapi konon kabarnya Zotero sedang mepersiapkan langkah lebih praktis di dalam roadmap pengembangan aplikasinya. Kita tunggu sajaaa..
Jadi gampang kan
Nah sampai disini saya sudah mengantarkan Anda pada langkah – langkah awal menggunakan zotero. Ada banyak lagi fitur Zotero lainnya yang akan sangat memudahkan peneliti dalam membuat paper dan mensitasinya. Kalau Anda pernah mencoba sebuah fitur dan sulit memahaminya, boleh sebut di kolom komentar, nanti saya bisa bantu menjelaskannya. Jadi bahasan apalagi yang perlu saya ulas berikutnya? Jawab di kolom komentar ya!